Aug 6, 2011

10 Juta Tuhan Yesus Marah


Oleh: Degey Engelbertus Primus
Ini kisah nyata dan bukan rahasiaumum. Terjadi di Papua dan dikumpulkan dari berbagai sumber. Bahwa, dibalik penerimaan-penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil, ternyata menyimpan segudang cerita yang menarik diikuti. Terutama kasus sogok menyogok antara peserta testing dengan pejabat daerah. Dan bila dihitung-hitung, ada pejabat yang sudah menabung miliaran rupiah hasil sogokkan.

Di Jayapura seorang teman bercerita. Dia sudah mengikuti testing 7 kali tapi tidak pernah lolos-lolos. Tetangganya yang baru datang dari Nabire, sekali testing langsung lolos.

Suatu saat, pace satu yang bernama Yonas ini bertemu tetangganya itu di tempat jual pinang, dekat perempatan.

“Sobat, ko pu nasib bagus. Saya ini dari dulu ikut testing tapi tara pernah lolos”, ujar Yonas.

Temannya yang baru lulus itu menjawab: “Ah ko bodoh. Sekarang itu tidak ada yang gratis. Sa juga ikut testing tiga kali tapi tara pernah lolos-lolos. Makanya waktu sa ke Nabire, teman saya disana bilang, kamu harus bayar paling kurang Rp. 50.000.000 kepada panitia penerimaan. Tetap lolos”, ujar Yorfem.

“O begitu eh?”, sahut Yonas sambil garuk-garuk testa.

Suatu hari Yonas dengar ada pemborongan di Perumnas IV Waena. Ia masuk disana dan hasil borongan dia dapat dua puluh juta. Dia pikir, “ah sepuluh juta ini sa simpan supaya pada saat penerimaan pegawai sa ketemu kepala dinas supaya sa bayar dan sa diterima menjadi PNS”.

Booo…. Pace ko tinggal santé saja. Satu kali begini ada pengumuman penerimaan CPNS diseluruh tanah Papua. Pace Yonas langsung siapkan barang-barang menuju Nabire. Dia pikir, lebih baik saya ikut testing di Nabire, alasannya disana tidak seketat di Jayapura.

Sesampai di Nabire, dia tanya-tanya dia pu family, kira-kira ada yang kenal pejabat yang biasa terima sogokan. Kebetulan orang yang dia tanya ini waktu testing pernah sogok seorang pejabat Rp 65 juta jadi dia suruh Yonas ketemu orang itu saja. Yonas pun make up dan berangkat menemui pejabat dimaksud. Sesampai di kantor Yonas pun cerita kedatangannya dari Jayapura untuk ikut testing. Tapi sambil cerita-cerita Yonas pun serahkan sebuah amblop yang tertulis, “Rp. 10 juta, mohon bapak terima saya menjadi pegawai”.

“Ado anak”, begitu jawab pejabat tadi. “Nanti Tuhan Yesus marah. Kita sekarang ini tidak bisa terima-terima amplop seperti begitu. Ade ikut testing saja, siapatau Tuhan Yesus kasih berkat sama ko”, Yonas pun kecewa dan pulang.

Sampe di rumah, Yonas pikir-pikir. Ah ini mungkin karena saya tulis Rp 10 juta jadi paitua tara terima. Besoknya Yonas ganti amplop - tapi dikulit dia tulis Rp 75 juta, mohon Bapak terima saya menjadi pegawai negeri sipil. Trus dalam amplop itu dia kasih masuk potongan-potongan kertas ditambah sepucuk surat bertuliskan “Bapak kalau pulang, sebelum tidur bapak baca injil Lukas 3:13-15”.

Besok pagi Yonas ko brangkat ke Kantornya pejabat BKD. Dia pun mulai bercerita berupaya menarik perhatian. Tidak lama kemudian Yonas pun serahkan Amplop yang ukurannya agak besar dari yang kemarin. Pace pejabat pun matanya melotot ke arah tulisan Rp 75 juta rupiah. Boo pace yang tadinya agak suram, mukanya langsung cerah ceriah. “Ado anak, amplop ini sa terima tapi kami panitia banyak orang jadi tara tau ee?. Apalagi Bapak Bupati juga punya daftar sendiri yang kami tidak bisa lawan. Jadi ade, sekarang ko pulang nanti besok pagi bawa datang foto copy kartu testing. Nanti tetap Bapak upayakan supaya ade lolos jadi pegawai. Tetap Tuhan Yesus berkati ade ya”, ujar pejabat tadi sambil cepat-cepat kasih masuk amplop tadi di lacinya. Yonas pun pulang.

Besok pagi, sesuai janji paitua kemarin, Yonas pun berangkat ke kantor ketemu pejabat kemarin sambil membawa foto copian nomor testing. Eh, tunggu punya tunggu pejabat kemarin tidak masuk-masuk. Yonas dia tanya-tanya ke staf disitu. Ada seorang staf yang bilang, tadi mobilnya parker didepan tapi kembali lagi, mungkin ke kantor Bupati. Yonas tetap tunggu. Tetapi waktu dia duduk di samping meja. Ada mba satu yang beberapa kali terima telepon. Mba itu dalam dialognya berkata: “Ia bapak, ia bapak, orangnya pendek-pendek itu k? ah dia masih ada disini. Oh ia bapak nanti saya laporkan terus”. Rupanya pejabat itu cek-cek Yonas lewat stafnya itu. Yonas tetap saja di kantor sampeeee pulang.

Besok pagi Yonas tetap kembali ke kantor. Telepon, sms lancer terus dengan mba kemaren. Yonas sudah tau tapi santé-sante saja. Dalam hati Yonas piker, “ko tobat sudah”. Waktu dia duduk-duduk disitu, tidak sedikit orang yang datang mau ketemu pejabat tersebut, tapi karena tidak ditempat, ada yang pulang dan ada yang tunggu-tunggu. Ada seorang tamu disitu rupanya asal Toraja, Yonas coba dekati. Kebetulan Toraja satu ini bawa tas besar. Setelah baku tanya, kenalan dan lain-lain Yonas pun bercerita tentang kedatangannya dari Jayapura sampai di terakhir serahkan amplop kosong berisi ayat suci.

“Okey kalau begitu, sebentar kita dua ketemu sama-sama. Supaya kita lihat paitua dia punya reaksi”, ajak om Toraja tadi.

“Ah jangan begitu. Lebih baik nanti kamu ketemu sendiri, nanti kamu cerita apa yang terjadi”, ujar Yonas sambil menyampaikan lebih baik dirinya keluar tunggu dari jarak jauh.

Kebetulan Toraja satu ini bawah Rp. 120.000.000. Tidak lama setelah Yonas keluar, mobil pun parker dan paitua ko keluar. Toraja pun menyusul masuk ruangan.
“Sobat kamu bawa apa tu”, tanya pejabat kepada om Toraja.

Tanpa pikir panjang,Toraja pun keluarkan dana dua bendel diatasnya Rp 20 juta. “Ini dana apa ini”, tanya pejabat agak kaget. “Ah bapak saya mau ikut testing jadi mohon Bapak terima saya menjadi pegawai negeri sipil”, ujarnya dengan nada pelan dan singkat.

Pejabat tadi segera perintahkan sekprinya untuk cepat pergi foto copy surat-surat, dengan maksud supaya sekprinya tidak lihat proses persogokkan. Pejabat tadipun tanpa piker panjang langsung amankan dana itu dan langsung minta nomor testing. Persis pada saat minta nomor testing, Yonas ko serobot masuk, serentak pula paitua menganga melihat Yonas kemarin yang kasih amplop kosong berisi ayat suci.

“Iyo sudah. Mana Yonas ko punya nomor testing”, tanya pejabat tadi kepada Yonas minta nomor testingnya. Yonas langsung bicara: “Bapak kalau testing sekarang ini Bapak tidak terima, maka saya akan umumkan lewat media massa dan ajukan Bapak di meja pengadilan supaya Bapak dipenjarakan atas kasus suap penerimaan CPNS”.
Paitua langsung keringat biji jagung. “Yo yo sudah-sudah. Kamu dua tetap sa akan upayakan jadi, yang penting kamu dua rahasiakan. Oke?”, jawab pejabat sambil mengajak deal atas pernyataannya.

Alhasil, tunggu punya tunggu Yonas dan Toraja diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil. Yonas lolos dengan amplop kosong berisi ayat suci, sedangkan Toraja lolos dengan Rp 120.000.000.- Keduanya sekarang kerja di salah satu kantor di Nabire.
*****
Yonas dan TR yang baru saja lolos dari testing CPNS terhanyut dalam kegembiraan. Berdua pun berencana rayakan syukuran. Kebetulan karena berdua sama-sama tinggal di rumah kost, terpaksa dorang dua kastau pemilik kost, pace Yorfem supaya dikasih tempat untuk syukuran. Pace Yorfem setuju dan dorang dua mulai hitung kekuatan.

Yonas tidak ragu-ragu dengan masalah keuangan, karena Rp 10 juta masih ada di bank. Dana tersebut hasil borongan di Perumnas IV Waena. Bahkan dana yang dipersiapkan untuk sogok itupun masih ada sekitar Rp 7 juta. Sedangkan temannya TR, tabungannya sudah habis, bahkan dia masih punya utang kepada keluarga lain yang turut sumbang untuk sogok pejabat daerah agar diterima menjadi CPNS sekitar delapan puluhan juta.

“Ale, kalau ko pu dana su habis, ko jangan ragu, sbab sapu dana masih ada,” ujar Yonas kuatkan rekannya yang memang sudah habis-habisan.

Trus Yonas tanya TR, “Ko agama apa?”

“Bah sobat, kenapa tanya-tanya seperti begitu,” jawab TR.

“Ah.. trada. Sa tanya begitu karna jangan sampe ko tidak makan Ekina,” kata Yonas.

“Ekina itu apa”, tanya TR.

“Babi too….., itu bahasa Paniai,” ucap Yonas sambil tertawa.

“Oooo….. tapi jangan pikiran begitu. Kita beli ayam saja supaya kita dua kasih makan tetangga juga. Kalo ko mampu beli Ekina, beli saja supaya barapen dengan masyarakat disini. Sedangkan mereka yang tidak makan ekina, biar kita barapen ayam”, urai TR.

Akhirnya, dengan dana yang ada, Yonas mulai panggil anak-anak di komplek, ada yang pergi beli kayu bakar, ada yang dikasih uang untuk borong ayam 10 ekor plus bumbu-bumbu dan sayar-mayur dan dia sendiri bersama TR pi beli ‘Ekina’ empat ekor. “Boooh pesta besar”.

Memang soal kesuksesan adalah harapan dan idaman setiap insan manusia. Setiap orang tua harapkan agar setiap anak-anaknya bisa sekolah dengan baik dan terakhir bisa mendapatkan pekerjaan. Setiap penganggur rindu agar suatu saat nasibnya berubah. Setiap honorer, semua sarjana dan bahkan mereka yang tidak pernah sekolah pun sekarang berlomba beli ijasah agar bisa menjadi Pegawai Negeri Sipil dengan ijasah sarjana. Artinya, agar ada gaji yang jelas setiap akhir bulan atau awal bulan. Dalam situasi itu terasa sedih dan menusuk bila pemerintah sebagai penyelenggara seleksi CPNS bermain secara tidak adil. Misalnya dengan tindakan sogok seperti kisah Yonas dan TR dalam tulisan pertama yang lalu.

Sekarang ini, pada saat Anda membaca kisah ini, Yonas dan TR sibuk rayakan syukuran. Setelah kayu bakar, ayam dan empat Ekina semua terkumpul, tepat pukul 11.00 waktu Papua Barat, apipun menyala siap membakar empat ekor ekina. Ibu-ibu yang tinggal di kost sebelah, dilibatkan untuk bersihkan sayur mayur. Bahkan pemuda-pemudi dari RT tersebut ramai-ramai hadir membantu Yonas dan TR bakar batu.

Pada waktu itu, Pendeta yang sudah dihubungi TR tiba untuk pimpin doa sebelum bakar batu. Setelah berdoa selesai, Yonas perintahkan pemuda-pemuda untuk taruh ekina di dua tungku api. Tungku yang di depan menjadi tanggung jawab TR, sedangkan tungku yang ada di ujung kost menjadi tanggung jawab Yonas. Pada saat asap naik, ada beberapa keanehan terjadi. Asap yang naik dari tungku TR tidak naik lurus, malah dia kejar mata manusia, sehingga air mata tinggal jatuh-jatuh. Sementara asap dari tungkunya Yonas, asap naik lurus seperti roket melambung tinggi menghilang di langit.

Pendeta yang hadir disitu merasa heran. Kok asap dari tungku TR tidak naik lurus, sedangkan asap dari tungku Yonas melayang lurus tembus langit. “Kenapa e?” tanya pendeta pada Yonas.

“Mungkin karena saya sogok pejabat dengan ayat suci Lukas 13-15, jadi saya punya syukuran diterima oleh Tuhan Allah. Kalau asap dari tungkunya TR bengkok-bengkok itu mungkin karena dia sogok pejabat dengan dana Rp 125 juta,” jelas Yonas kepada bapak pendeta.

“Iyo eee”, sahut pendeta sambil heran-heran.

“Itulah tanda heran yang satu ke tanda heran yang lain yang sekarang kita tuai di negeri yang dibuka oleh Ottow dan Geisler. Kalau seandainya pejabat kita di Papua ini bekerja dengan jujur berlandaskan kasih dan ketulusan, maka pasti saja kitorang punya doa dan persembahan diterima langsung oleh Allah Bapa di Surga,” urai Yonas.

Yonas berharap, sekarang kita tidak perlu lagi bangun iri hati kepada mereka yang sudah lolos dari jarum penderitaan dan pengangguran. Ibarat dulu kisah Kain dan Habel. Kepada yang tidak lolos, masih banyak kesempatan yang akan disediakan oleh pemerintah daerah. Mari kita tenang dan berdoa terus berharap agar di tanah ini tidak ada lagi suap-menyuap, sogok menyogok, balas membalas dan seterusnya. Kita berdoa selalu agar Tuhan Yesus mau memberkati dan membuka pikiran kepada pejabat kita agar suatu saat mereka mau membangun keadilan, kesetaraan dan kebersamaan bahwa rasa manusia itu sama dan suatu saat akan diadili di tempat yang sama.

Yonas juga mengatakan, kita juga berdoa agar kedepan formasi yang disediakan sesuai dengan kebutuhan daerah. Yang mengetahui penganggur di daerah adalah pemerintah daerah. Dengan demikian, formasi jangan dibuat oleh provinsi.

Menyelesaikan masalah pengangguran di daerah, tidak bisa diatasi oleh pemerintah provinsi. Yang mengetahui rakyat adalah pemerintah kabupaten, sehingga formasi bisa dibuat oleh Pemda kabupaten. Ada daerah yang pengangguran sarjana lebih banyak dari pada tamatan SMK dan SMU. Ada daerah yang sebaliknya. 

Artikel Terkait

10 Juta Tuhan Yesus Marah
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email