Sep 26, 2010

Perjalanan Menyedikan



Oleh: Kris Pokuai)*


Kami anak –anak Karang Barat berjumlah empat orang. Saya sendiri Kiris Pokuai, Meki Badii, Viktor Tekege, dan Yakubus Degepa. Kami berempat, suatu ketika mengadakan perjalanan dari Nabire menuju Bomomani, Mapiha .


Waktu itu tangal enam belas Desember jam tiga pagi. Kami mulai berangkat dari Karang Barat, tepatnya dari rumah saya. Sebelum berangkat, mama saya mengatakan pada saya agar mengajak ketiga teman saya makan pagi terlebih dahulu. “Kris bilang kopu teman–teman, kamu empat makan dulu baru berangkat.” Katanya. Tetapi mereka bertiga tidak mau makan. Mereka bilang nanti sore ketika sampe di mapia baru akan makan. Tanpa sarapan Pagi kami berangkat.


Kami membawa bensin empat puluh liter, kaset sidi, radio. Kami isi radio dalam karung dua puluh kiloh gram. Rencananya radio itu mau kami gunakan di mapiha. Selain itu kami bawa kunci – kunci motor, ban dalam motor satu buah sebagai cadangan. Kami berempat mengunakan dua buah motor king . Satu buah milik saya dan yang satunya lagi milik Meki Badii.


Saya gonceng Yakobus, Meki gonceng Viktor . Kami melaju dengan kecepatan tingi menyusuri jalan Nabire -Mapiha. Jam lima pagi kami telah berada di Gunung Gamey. Kami tidak berhenti disitu. Kami terus melaju. Di pagi hari, kami menyaksikan pemandangan yang indah.


Tepat di kilo Delapan Empat Sentriko, kira-kira sekitar jam delapan ban dalam belakang motor yang digunakan Meki dan Viktor peca. Kami tidak menduga hal ini akan terjadi. Kami berhenti lalu membuka ban untuk mengantinya dengan ban dalam cadangan yang suda kami siapkan.


Kami membuka lalu memasang ban itu pake oben bintang karena tidak ada kunci untuk buka ban. Lalu kami pake oben pelat untuk menganti ban dalamnya. Selesai memasang ban dalam kami memompanya. Kami memompa ban itu juga pake pompa tangan atau pompa sepeda. Kami memompanya sampe keras. Tapi sial punya sial, tidak lama kemudian ban yang suda kami pompa itu mulai kempes lagi.


Ini kenapa. Kami cek. Ternyata bannya pecah. Ah, sial. Ban cadangan itu peca lagi karena kami membuka dan memasang ban dalam pake obeng pelat. Ado ini sial apane. bikin ban saja sekitar dua jam baru pica lagi. Kimai kata kami mengeluh.


Kami bertekat tetap akan melanjutkan perjalanan. Walaupun ban pecah kami tetap paksa jalan . Meki, Viktor dan Yakobus mengunakan motor milik saya. Sedangkan saya sendiri mengunakan motor milik Meki Badii yang ban belakangnya telah peca. Saya membawa motor itu sambil memboncengi bensin berberat empat puluh liter.


Karena salah satu motor bannya telah pecah, kami melanjutkan perjalanan dengan hati-hati. Perlahan-lahan kami menyusuri jalan. Kami tiba di Kilo Seratus sekitar jam satu siang . Kami berhenti sebentar untuk mengisi bensin. Kami mengunakan bensin empat puluh liter yang kami bawa itu.


Kami melanjutkan perjalanan. Ketika tiba di Kilo Seratus Lima Belas, ban motor yang pica itu tidak bisa jalan karena ban luar motornya hancur. Akibatnya roda motor tersebut terputar di tempat. Kami berhenti. Lalu kami mencari akal agar bisa melanjutkan perjalanan lagi. Ban motor itu kami masukan rumput hinga penuh. Lalu kami lanjut perjalanan. Ketika sampe di Kilo Seratus Dua Pulu, ban yang telah picah itu hancur berkeping-keping.


Kami berhenti di situ. Kami piker tidak bisa lagi melanjutkan perjalanan dalam keadaan seperti itu. Kami tungu strada atau terek yang lewat. Rencananya, kami akan naikan motor bersama salah satu di antara kami. Tetapi sial, tidak ada mobil strada ataupun terek yang lewat. Kami tungu hinga sekitar jam empat sore juga tidak ada mobil satupun yang lewat.


Hari itu kami tidak bawa makanan maupun minuman sedikitpun. Karena lapar, kami tiduran sembarang di pingir jalan sambil tungu mobil. Tetapi, lagi-lagi belum ada mobil strada atau terek yang lewat. Meki membangunkan kami bertiga. Ia mengatakan “Bagimana ini”. Lalu saya sarankan agar kami lanjutkan perjalanan. “Kita suda lapar baru tidak ada mobil , terek yang lewat jadi kita lanjut jalan suda dari pada kami mati kelaparan di sini kata saya. “ Tapi ban yang hancur ini bagimana kata saya lagi. Meki mengusulkan agar kita sembunyi motornya lalu melanjutkan perjalanan.


Saya mengusulkan lagi agar satu motor paku empat orang. Jadi kami sembunyikan motor yang rusak baru jalan. Usul saya diterima. Kami menyembunyikan motor itu. Setelah kami menyembunyikan motor, kami berempat naik di satu motor dengan membawa bensin sekitar tiga puluh liter dengan kaset satu karung dengan berat dua puluh kiloh gram itu. Kira-kira ketika kami jalan itu suda sekitar jam setenga tuju malam. Kami jalan pelan-pelan. Kami jalan terus. Sampe di dekat - dekat tanah hitam itu suda jam sembilan malam.


Ketika dekat tanah hitam, kami kelaparan (lapar bunuh). Ketika itu terjadi hujan besar. Saya dalam hati bilang ini nasib yang paling sial dan menderita dalam saya punya hidup . Baru saya bilang meki berhenti. Saya bilang meki lagi agar mengantarkan Viktor terlebih dahulu sampe dimana terserah baru datang jemput kami dua lagi. Nanti kami dua jalan pelan–pelan. Kita tidak bisa naik empat orang lagi. Kalau naik empat orang lagi itu bahaya karena subreike suda mulai hancur. Lalu Meki mengantarkan Viktor sampe tanah hitam. Sedangkan saya dan Yakubus jalan kaki.


Sewaktu jalan kaki, saya dengan Yakubus bilang begini, “Tuhan tolong kami. Muda – mudahan ada mobil atau terek yang lewat”. Tidak lama kemudian kami berdua mendengar suara mobil. Benar. Terek ada naik dari Nabire. Ada dua terek yang lewat. Kami dua leften terek yang pertama untuk ikut ke Mapiha. Tapi terek yang pertama lewat saja. Dia tidak mau angkat kami berdua.


Kami dua leften terek yang kedua. Terek itu berhenti. Sopir yang bawa track itu Tanya kami, Kamu dua mau kemana. Kami dua jawab mau kemapia. Kami dua bisa ikut atau tida karna kami dua pu motor rusak di jalan. Sopir itu berbaik hati. Dia bilang kami dua naik.


Dalam bangsi treck kami berdua berdoa. Kami dua bilang “Tuhan terima kasi.” Kami dua naik ikut terek itu. Terek jalan. Tidak lama kemudian, Meki ada balik mau jemput kami dua. Tetapi kami dua batariak , “Meki, putar baru jemput Viktor saja, kami dua duluan, nati baku ketemu di mapiha.” Meki hanya bilang iyo.


Ketika terek yang kami tumpangi tiba di Tanah Hitam, kami berdua melihat orang pasang terpal di pingir jalan. Di bawah terpal itu ada orang yang menyalakan api. Kami dua bertariak. Ternyata orang itu Viktor. Dia ada tungu Meki. Kami dua bilang saja sama dia bahwa nanti baku ketemu di Mapiha. Ia bilang io saja. Kami terus melaju dengan terek.


Di atas terek itu kamiber dua terima hujan besar. Kami berdua basa. Kami berdua dingin juga karena terima hujan dan suhu serta angin pegunungan. Kami berdua hampir jadi es batu gara – gara hujan lapis dingin.


Tidak terasa kami dua suda sampe di Bomomaini, Mapiha. Kami dua turun. Kami dua minta terimakasi sama sopir. Terek lanjut ke atas arah Kamu, Moanemani. Kami senang sekali suda sampe di tujuan. Kami langsung ke rumahnya Viktor di Bomomani.


“Selamat malam.” Sapa kami berdua sambul mengetuk pintuh. Mamanya Viktor dan kakaknya Viktor keluar Rumah. Mereka Buka pintu. “Sapu adek kamu darimana huJan–hujan begini baru. Malam lagi.” Kata kakanya Viktor pada kami berdua. Setelah masuk, kami dua cerita semua. “Mama , kaka kami dari nabire. Kami pake motor tetapi motor rusak jadi kami begini ni.” Kami ceritakan. kami bilang juga Viktor dengan Meki ada datang dari belakang pake motor.


Setalah itu Viiktor punya mama siapkan makanan untuk kami dua. Kami dua makan lalu ganti pakean dan tidur. Besok Paginya, saya bagun keluar. Saya lihat begini meki dengan viktor lagi suda sampe di Bomomani. Saya berdoa. Tuhan terimakasi, kami semua suda sampe di Mapiha.


Begitula jalan cerita kami, anak-anak karang barat dari Nabire menuju Bomomani yang menyedikan. Bagi saya pengalaman ini tidak akan saya lupakan sampai nanti.

)* Kris Pokuai, Kulia di Bogor.


Semakin Anda Mencoba Menghindari Penderitaan,

semakin menderitalah Anda karena hal-hal yang lebih kecil dan lebih tidak berarti mulai menyiksa Anda sama besarnya dengan rasa takut Anda untuk terluka.

-Thomas Merton

Artikel Terkait

Perjalanan Menyedikan
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email